Berita di aceh

Berita Aceh Utara

Santri Yatim di Aceh Utara, Pergi Sekolah dengan Becak Barang, Pulang Jalan Kaki

Penulis: Jafaruddin | Editor: Taufik Hidayat
zoom-in
Santri Yatim di Aceh Utara, Pergi Sekolah dengan Becak Barang, Pulang Jalan Kaki
Dok Dayah Raudhatul Huda
Santri Dayah Raudhatul Huda Kecamatan Matang Ceubrek Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara mengantre becak barang untuk ke sekolah. 

Laporan Jafaruddin | Aceh Utara 

SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON - Sekarang Lembaga Pendidikan Islam Dayah Raudhaul Huda di Desa Matang Cibrek Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara menampung 67 santri, setelah bertambah satu Santri Yatim dari Paya Bakong, pada Jumat (18/2/2022) sore. 

Mereka yang ditampung di dayah tersebut karena kondisinya sudah kritis, seperti putus pendidikan karena yatim. Selain itu juga karena ditelantarkan orang tuanya, seperti kasus tiga bocah baru-baru ini yang diusir ayah tirinya di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara.

Dua dari bocah tersebut kini ditampung di dayah tersebut. Sedangkan satu lagi, masih berusia lima tahun, sehingga belum dapat ditampung dayah tersebut, karena keterbatasan tempat untuk usia tersebut. 

Dari 67 Santri Yatim, fakir miskin dan anak telantar itu berasal dari sejumlah kabupaten/kota di Aceh, mayoritasnya dari Aceh Utara

Dari jumlah itu, 43 orang diantaranya selain belajar ilmu agama di dayah tersebut, sebagian disekolahkan di SD, kawasan Desa Matang Ben, yang berjarak sekitar tiga kilometer dari dayah. 

Sedangkan sebagian lainnya sekolah di SMPN 3 Blang Jruen di kawasan Desa Paya Beurandang Kecamatan Tanah Luas yang berjarak sekitar enam kilometer dari dayah tersebut. Tiap pagi mereka harus antrean becak barang, satu-satunya alat transportasi yang dimiliki dayah tersebut untuk ke sekolah. 

“Setiap pagi untuk mengantar mereka ke sekolah butuh lima sampai enam kali pulang-pergi dari dayah ke sekolah,” ujar Pimpinan Dayah Raudhatul Huda Matang Cibrek Tgk Muhammad Dian, kepada Serambinews.com, Sabtu (19/2/2022). 

Karena sepeda motor Supra X 125 yang dimodifikasi menjadi becak barang itu, hanya mampu menampung 8 orang.  Sehingga setiap hari ada satu trip yang terlambat ke sekolah, karena tidak mungkin terjangkau dengan waktu satu jam untuk pulang-pergi enam kali.

Sayangnya, mereka yang terlambat ke sekolah tersebut, juga mendapat sanksi seperti mengutip sampah atau sanksi lainnya. Bahkan bila hujan mereka sudah pasti tidak bisa ke sekolah. 

Ketika jam pulang sekolah, sering santri yang SD langsung pulang jalan kaki dari sekolah ke dayah jika tidak sanggup mengantre. Sedangkan untuk santri SMP mereka terpaksa harus mengantre dalam waktu yang lama, karena jarak dari sekolah ke dayah tidak mungkin terjangkau dengan jalan kaki.(*)

Comments